Cari Blog Ini

Mendengar Ke-galau-an Setan Dalam Kufur


Menelusuri malam dengan berjalan, berbaris acak disadar jalanan bukit tinggi menggelap. Disaat angin musim panas sedikit terlupakan, panas dari hembusan nafas neraka merarik-narik setiap busurnya. Berbagikan cerita dengan helakan tawa keras dalam tangis, tanpa tau akan hulu dimana itu berakhir. Berjalan jauh se-enaknya kaki melepas hati, tersandingkan kegilaan foto-foto terbidik atas keindahan kekekalan ter-pimpin dibawah rona lampu-lampu malam pemakaman menambah hias, hal kosong tidak terpengaruh untuk bisa membungkam apa yang ada didalam lesungan hati. Aku meyakini malam yang bisa membakar kecemburuan ini disaat datang, membutakan setiap amarah tidak tertahan disaat menjilati anak adam mulai kembali bernyanyi. Ketidak pedulian kembali mengambang bergoyang-goyang diatas air tidak kunjung tenggelam. Kedalaman cinta yang salah memberantas semua kepekaan hati dimana selalu saja ingin bercerita. Hati biasa ter-peras habis dimana rasa tidak bisa lagi diarahkan. Keringnya hati karena lemas terlalu lelah mengeluarkan keringat. Air tidaklah lagi menjadi pengobat haus dan kepanasan, tetapi hanya menjadikan jalan menjadi susah karena pasir berubah menjadi lumpur hidup, yang siap menelan setiap hidup menjadi tamat.

"Aku merindukan hati yang bisa membuatku termanjakan oleh se-ikat rasa, bukan derita!"

"Setiap sudut Aku berusaha agar bisa terjaga terbangun dari sentuhan sepi menggiring karena letih telah menjaring."

"Melepaskan setiap lahirnya rasa, tanpa ada satu saja hadir tersimpan walaupun sejenak berparkir."

"Matahari yang terbit pagi tadi sudah berhasil membuatku kecewa, dan dari setiap detik yang baru saja berlalu, tidak ada yang bisa mengindahkan dunia."

"Biarlah malam ini aku bercerita tentang nuansa tertebas karena terbang terbawa angin yakin akan tersesat"

"Hariku adalah mimpi burukku disaat bernafas, dengan dada yang aku usahakan tegar tapi tertebas."

"Mau Kau kemanakan Aku ini Ya Tuhan! bukankah Aku percaya kepadaMu akan kuasa."

"Engkau telah membawaku lari jauh kesini, Aku selalu yakin Engkau tidak pernah meninggalkanku setelah sejauh ini berlari."

"Membiarkan Aku menjadi busuk tanpa arti, diatas kegelisahan hati yang terus saja terberi tanpa Aku pernah meminta."

"Jeratan api panasMu telah tergambarkan dalam cerita, meleluhurkan ketakutan kematian disaat abadi."

"Lahapan lahar mencabut nyawa diatas Malaikat datang menyiksa setiap rongga kulit sampai ke sum-sum."

"Akankah ada nafas kedua dimana kehadiran perubahan menjadi baik, setelah nafas pertama salah terambil."

Anak Adam telah berdalih dalam dzikirnya, bertasbih selayak malaikat bertasbih. Keadaanku mulai tertatih disaat AyatMu mengudara jelas, menusuk pati hidupku menjadi Raja. Kegelapan tidaklah bisa membeli terang yang Engkau takdirkan, melawan hambaMu yang bertaqwa membuat senyawa berapi-api itu terpadam. Penyesalan kekufuranku yang telah menutup gerbang surgaMu, keindahan kehidupan nyata menjadi Iblis mengharapkan surga tetapi bukan untukku, Aku lelah membayangkan kegelapan akhir. Ketakutanku akan kiamat dikala neraka semakin mendekat. Termamamah panas meleburkan tubuh berulang-ulang yang tersatukan lalu terpisahkan, yang tersatukan lalu terpisahkan, yang tersatukan lalu terpisahkan berkutat di satu tempat tanpa ada titik yang menjeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar