"Aku halnya manusia yang
mengambil satu dari tujuh kehidupan, mengambilnya karena yakin dalam
pilihan." Bicara dengan kata seakan-akan.
Jika bicara hidup, Aku akan
menjawab. "Hidup itu masa depanku dan juga masa laluku."
Aku bertanya kepada diri sendiri
setelah melihat sekumpulan awan yang berpindah, tepat dibawah siang mulai
tenggelam.
"Awan itu berlalu, awan
selalu berganti bentuk menuruti keinginan angin bertiup." Jawab hatiku
disaat itu.
Aku melanjutkan untuk berfikir,
ternyata dunia itu berputar didalam diriku sendiri dan juga orang-orang
didepanku saat ini.
Aku mencoba menjawab, entah salah atau benar diatas skala
rumit saat ini. ''Terlalu banyak matahari yang terbuat didalam diri kita.''
jawabku memberanikan.
''Waktu tidaklah padat membutir,
tidak juga membeku tapi mencair. Jam memanglah tidak berubah bentuk dalam
kasat, dia akan terbang seperti angin, seperti udara yang kamu hirup.'' Itu kata
waktu.
''Oh hidup itu ditemani detik
rupanya.'' Jawabku bodoh.
"Masihkah kamu mencari
keberuntungan didalam kebohongan?" Tanya sang waktu kepadaku.
''Iya masih, Aku masih saja
membohongi untuk mencari keberuntungan dan keselamatan, rela merugikan orang
lain agar aku selamat.'' Aku jawab dengan Egoku.
"Aku menyesal menemanimu,
berubahlah sebelum terlambat. Sebelum aku berhenti menemani nafas diduniamu.''
jawab waktu yang selalu saja sabar.
''Janganlah kamu berbicara
seperti itu. Hai sang waktu, Aku masih belum sanggup jika Tuhan mengambil satu
detikmu dari detakan jantungku." Jawabku menunduk.
"tik tok tik tok tik tok.''
Sang waktu hanya menjawab dengan suara detupan mendetik.
''Aku masih takut.'' Tambahku dan
berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar