Cari Blog Ini

Intania Putri Maharani

Part V


        Kehadirannya merupakan retorika hidup yang diajarkan secara benar-benar murni dibuat-Nya nyata di depanku, tidaklah membutuhkan imajinasi dari keinginan palsu ataupun samar dari pikiran tinggi manusia dalam menggambarkan sesuatu hal untuk mengindahkan hari yang sudah terlanjur indah, Intania dijadikan-Nya nyata didalam hadir, setelah Aku berusaha dan rela bersusah payah di-iringi harapan kekuatan keajaiban-Nya agar terjabah. Aku bukan manusia pecinta bunga tidur dimalam hari yang tersadarkan hanya dengan digugahkan tangan mendarat dibahu yang tergoyang, terjebak nikmat disaat mata terpejam karena lelah dilapuk termakan sang malam, ataupun terbangun dipagi hari dengan sadar tipuan gambaran kosong, serta senyuman sisa dari kekecewaan sambil menggerutu "ternyata hanya mimpi" setelah terbangun.

Intania adalah kasat menghijab diri dari setiap perkataan menyakitkan, dewi penjaga sepertiga malam, pemersatu didalam lima waktu, pemasrah urusan hidup untuk bersujud diwaktu duha, pencinta sunah nabawiyah dari terbangkitnya fajar kembali ke fajar. Pribadi yang tumbuh terlalu indah menurutku demi kerendahan hati dengan tampilan biasa, yang mengatakan dirinya biasa-biasa saja tetapi percayalah dan yakinlah kalian akan terkurung didalamnya menjadikan diri berkaca-kaca didepan cermin dan rasa malu tidak akan menjadi mahal, mampu tanpa segan menampar wajah kalian sampai berbekas, dimana hati itu terjembam dalam  kotor seperti Aku. Rasa penasaran yang lambat-lambat menepi di pelabuhan halus dengan wewangian tanah terasa mengingatkan serta menyadarkan setiap serat-serat hati memati, kembali menemukan hari yang hilang untuk keabadian yang mutlak akan datang.

"salam... Dit, lagi dimana?" intania dari ujung telepon berbicara.

"wa'alaikumsalam, ana lagi dirumah. ada apa ya?" balasku sembari menulis beberapa kalimat yang aku temukan diwaktu pagi.

"Mohon doanya ya? Insya Allah sabtu ujian. Syukran wassalam... " sambungnya singkat.

"Insya Allah, Aku doakan, Kataballahu lak binnajah, afwan wa'alaikum salam." aku tutup obrolan singkat itu.

Intania merupakan sebuah catatan hidup yang sudah masuk kedalam kesatuanku dimana lantai-lantai dingin akan menghangat jika dia ikut menginjakan kaki diatasnya. Aku pernah berbicara lugas kepada Intania beberapa minggu yang lalu. "Aku melakukan semua hal ini tidaklah untuk membeli suatu perkara hati, Aku melakukan semua ini karena Aku butuh, dan jika Aku lantang telah membuatmu berdosa maka tidak apa jika persahabatan ini berakhir". kalimat itulah yang aku berikan kepadanya, entah dasar apa dan dari mana kalimat-kalimat itu terlontar keluar dengan mudahnya, ataukah sebuah rotasi mimpi terbawa tanpa ada bias-bias kehidupanku? entahlah, semua tidaklah akan berjalan  sama dan mungkin juga Aku akan kehilangan Intania disaat Aku butuh. Sudahlah... hanya bisa berdoa.

Melanjutkan jalan-jalan selepas belajar, setelah seharian mengurung diri dalam rumah dengan harap rasa kebosanan itu mengembun untuk sementara, walaupun hanya sekedar meminum Juz buah di cafe dipinggir jalan besar bersama teman sembari bercerita seputar persiapan menghadapi ujian akhir tahun untuk memantapkan lagi niat-niat yang telah terbentuk dari awal, disamping meja lingkar disandingkan juz coctail dimana manis itu sengaja diungkap tersiapkan untuk orang-orang agar suasana menjadi segar. Kehidupan disini merupakan halnya cobaan didalam ujian dimana keseharian terbentuk dari suasana karakter yang berbeda, kesinambungan hidup keras didasari kelunakan hati adalah hal unik tanpa tersimpan disini. Mengkondisikan diri dengan apa yang ada agar tidak terjembam dalam lubang daratan tandus atau tertelan mentah oleh pasir hidup karena tidak memperhatikan peringatan tertulis dan tersuarakan.
.

Bagiku ini semua merupakan penantian sementara, tak ayal manusia adalah pengikut waktu dimana detik itu mendekat dengan nafas, tanpa membuang suatu hal yang lebih dekat atas nadi didalam konsep keimanan. Hari ini adalah hari ini, mengikuti sore hendak bergandengan tangan dengan malam. Tuntutan waktu yang memanglah harus diteruskan, tanpa menimbang-nimbang detik sekarang untuk berubah. karena ada suatu tatanan termaktub dalam kuasa Tuhan, yang menyambutnya dengan doa disetiap titik-titik moment penting untuk mengingatkan sikap tekun membalik segarkan niat dalam maghrib yang menyambungkan malam,  seperti halnya subuh yang menjadi salamnya malam untuk membangunkan siang dan siang untuk menidurkan malam, sebuah contoh kesetiaan paten yang konsisten tergambarkan dari Sang Maha Agung untukku.

Setengah jam berlalu, maghrib menuntun membawaku dan teman-temanku beralih pandang menuju gerbang kemenangan tidaklah jauh dari cafe, hanya 50 meter kurang lebihnya. berjalan memenuhi jalan berbaris sejajar, seolah jalan hanya milik kita berlima, sampai diatas shaf salatpun tidak terlepas membaris sejajar. Kesatuan inilah membuat hati merasa dekat sedekat kerabat, menuntun baik serta saling mengisi dimana kekosongan dijadikan Raja. "Temanku adalah alarm hidupku", mungkin itulah kalimat tepat disini dan untuk saat ini. Disaat hari-hari menjauhkan lahir sementara antara Aku dengan kenangan keluarga diatas rakitan-rakitan kerinduan yang terus saja bertambah dalam rangkaian bersambung. Alhamdulillah masih ada kepedulian disekitar membukakan serta mengasah hati tumpul menjadikan tajam. Maghrib hari itu sudahlah berlalu terbawa waktu mengantar pulang kerumah melanjutkan aktivitas seperti biasa, belajar, bercerita, berkarya dan mengejar penantian yang terkumpul,  sedikit demi sedikit terkurang diri berjalan ditemani jarum jam terputar lingkar ke arah kanan. Melanjutkan dengan media pesan Aku kirimkan untuk Intania berisikan do'a dengan harapan kesemangatan agar tidak memudar.
Seutas meditasi keindahan hari ini berhasil mencampurkan kagum beserta syukur  menghasilkan hati untuk bersiap diri diwaktu rasa kehilangan berhasil menjemputku disaat nanti, disaat mulut terdiam enggan lagi bersuara walau untuk kalimat sapa, mungkin juga akad akan mengikatnya suatu saat nanti memaksa sahabat untuk pergi. Sudahlah itu semua hanyalah ketakutanku juga kegembiraanku dalam cerita. Aku terlalu jauh untuk membaca, saat ini yang harus Aku lakukan adalah memperbaiki diri menjadi pribadi yang baik juga berusaha menemukan kenyamanan berjalan diatas jalan sang Rabb pemerhati segala hati.
Insya Allah bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar