Cari Blog Ini

Memeluk cinta dengan seribu do'a

Kehidupan pastilah selalu berwarna dengan cinta, ya seperti pelangi yang memeluk pagi dengan sejuta keindahannya, dan kekuatan harapan disarat doa untuk kehidupan senja yang menanti membayang dari setiap awal. Perihal keutamaan dalam pangkuan kaki disaat berdiri, berjalan menopang tubuh untuk berlari menjauh maju ke kehidupan didepan. Tidak usah menyalahkan perasaan disaat hadir dengan jutaan salamnya, tidaklah juga berlari menjauhinya karena itu bukanlah dosa, seimbang dalam setiap sisi yang selalu diharapkan agar tercapai sebuah kata tidak asing, yaitu kebahagiaan. Sebut saja tentang kesabaran yang tengah mengeras diatas manja menjadi buahnya rasa. hadirnya khalayak pucuk daun dibungkus embun.

Saat ini pelangi bukanlah sesuatu kenangan saja, karena titipan risalah hati saat ini masih bisa terjaga. Memadamkan setiap sakit, bongkahan dari sebuah kebangkitan diatas lebaran baru kedua didalam hidup. Semua hanyalah kelemahan seorang anak adam diatas tanah yang masih ketakutan akan bersatunya jasad kesuatu asal. Tidaklah mudah dalam penafsiran setiap kata untuk bisa menjagamu dari seluruh ejaan yang terkumpul, kehormatanmu juga kebaikanmu. Mata terkadang sering terbuta disaat terjaga, hanya bilah-bilah doa tidak berbilang angka menjadi sandaran setiap rasa untuk ribuan harap agar berujung indah.

Sekilas Aku membayang dari manakah akan dipertemukannya Aku denganmu, apakah dengan menyamakan seperti sungai yang berhulu kepada induk air yang aku sebut 'laut'. Halnya ikan terbawa arus karena deras sampai terdulang kepadanya dari tawar menjadi asin, yang bersorak gembira diatas kehangatan dua pertemuan berenang-renang bebas disuapi nada bebas dari kecanggungan murni. Bila kesedihan mampu tidak menjadi ada bukanlah sebuah pengorbanan diatap sakit. Demi do'a yang menyisihkan langit dari awan mendung merundungkan kisah, demi air yang melunakan tanah keras sampai memerah, demi setuang hukum  kebahagiaan ketenraman hati dengan jiwanya.

Jika suatu saat nanti bertemu dan bersatu dibawah khauf taqwa, izinkanlah merajut keabadian agar selalu sempurna didasar tompangan tiang-tiang agamaku. Menyucikan lebih dari air suci membelah setiap debuan kotor di dinding hati, menyapunya menjadi bersih, merajut jalinan rasa. Disaat bisikan hati mulai terdengar pastilah tentu memilah perilaku disadar baik, walau terkadang tubuh serasa sudah susah untuk bergerak, kehidupan rahasia hati sudah menjadi pijakan menguat membayang tanpa lembut sehingga sungkan untuk mudah terbuang. disuapkan cinta tulus tanpa tertiup pura-pura dalam rasa, sejelas kepekaan lidah saat berbicara soal rasa. berkata dibawah keadaan hati dan jiwa dalam tenang, tanpa terkurung tanpa terkurang.

Hati masihlah seremaja pagi, berlinang embun enggan mencair sedikit membersihkan dedaunan kotor dipinggiran jalan. Masih bertemakan kesegaran merona mengambang disetiap kedipan pelupuk mata yang terbuka dan tertutup sewaktu-waktu. menggaris lebih tebal menjadi sebuah pijakan dalam penekanan terhadap seribu perkara hati, memelas diam karena takut akan hitam dan kejamnya jamuan zaman oleh orang-orang berfikir modern dalam gaya melupakan estetika. Setitik dari pahitnya sedah terasa getir membuat kaku setiap indra kecapan rasa diatas lidah hati, membungkam setiap rongga-rongga nadi dan telinga tanpa tertuli untuk apa yang telah terucap entah dari gerakan bibir terbata-bata ataupun dari ruangan hati membirukan suasana dalam jelmaan rasa bertumpuk-tumpuk antara cinta dan kerinduan milikku juga milikmu. Ingatlah jiwa yang menari diatas kesunyian tidaklah abadi, rasa biarlah membuncah dan percayalah. dari dasar hati percayalah untuk kita karenaNya.

Diatas sebuah penantian, sepasang mata menangkap setiap kentalnya misteri yang dibawakan waktu selangkah demi selangkah, menantikan serpihan hati agar menyatu kembali bersama tekad memeluk tubuh dari ujung hingga ke ujung. Masih mencari setiap nafas dari udara muda baru terlahir dari saringan tetumbuhan rindang, pagi itu bukanlah menanti fajar karena fajar sudahlah berlalu. Dinamika pagi masih menari-nari dialam bayang kepala, mencoba mempelajari setiap gerak terurai tanpa terpaksa, seperti keikhlasannya tangan dalam memegang ataupun kaki untuk berjalan. Berharap bisa merajai hatinya menghangatkan hati dengan selimut do'a, tawakal dan bersabar. Untukmu dengan persembahan rasa yang terpeluk dengan seribu do'a, menantiku datang menjemputmu untuk sebuah kesempurnaan agamaku iya, agama kita. Untuk cinta bersabarlah, untuk cinta titipkanlah dan untuk cinta bersiaplah.



Bismillah.
“Ya Allah, sesungguhnya aku minta petunjuk-Mu melalui ilmu-Mu. Aku memohon kekuatan dari-Mu melalui kekuatan-Mu. Aku memohon karunia-Mu yang agung. Karena Engkau-lah Yang Mahakuasa sedangkan aku tidak berdaya. Engkaulah Yang Mahatahu sedangkan aku tidak mengetahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui alam ghaib. Ya Allah, jika menurut-Mu perkara ini baik bagi agamaku, dunia, dan akhir kesudahanku -atau mengatakan: ‘Bagi dunia dan akhiratku.’- , maka takdirkanlah ia bagiku. Namun, jika menurut-Mu perkara ini buruk bagi agamaku, dunia, dan akhir kesudahanku -atau mengatakan: ‘Dunia dan akhiratku,’- maka jauhkanlah ia dariku dan jauhkanlah aku darinya. Takdirkanlah kebaikan bagiku, apa pun ia, kemudian jadikanlah aku ridha terhadapnya.” Amin Ya Allah.






»»  READMORE...

Melati malam

Aku temui hujan dibulan November kemarin, sebagai awal membuka pintu disambut dingin, disaat mata baru terbuka melihat hari, mengabadikan kenangan untuk segera membuku agar kututup dan kukubur dalam tanah dilembah terendah didasar laut mati. Aku tidak akan bercerita tentang gelapnya malam seperti orang-orang ceritakan. Karena aku lebih tertarik untuk mendekat dan bercerita dengan alam, sebagai rasa terimakasihku sudah membagikan nafasnya ke dinding paru-paruku. Seruling wewangi muncul dipucuk malam cukup untuk menampari setiap kesepian berlabuh disini. Bunga melati dibelakang rumah sudah mengawali perbincanganku malam itu, wanginya mendekat setiap datang diwaktu petang, sesaat sebelum aku mengucapkan salam. Seandainya aku mampu saat itu berdiri kembali ke era 90an sekedar menanam bunga ini pastilah lupa akan kematian hati didalam diri para tentara di daratan sarajevo bisa melupakan semua perbedaan etnis agar damai itu tidak samar-samar hanya sebayang, atau mungkin diberi kesempatan untuk ke Gaza setidaknya menghilangkan rasa was-was dan menutup manusia menjadi obat haus untuk kebencian terhadap islam diatas tanah yang dijanjikan menurut mereka. Saat-saat seperti itulah muara kerinduan itu terpendam, wangi melati yang membawa jiwa ke lantai mengajak dansa dengan harapan terus ada sampai bisa dibawah surya. Kisah dari sebumbung rasa didalam diriku sengaja tersambung menunggu tanpa ada ruang bosan disaat dansa ber-temakan musik wewangian melati, mengalahkan nada sebuah biola. itulah satu hal dalam kata menunggu yang tidak akan membosankan yaitu menunggu sembari menulis, demi kata-kata tertulis mencairkan cerita membiarkan halaman hati membersih tanpa ada corak-corak tanah tercakar. Setidaknya diriku telah berhasil untuk mengabadikan atas apa dalam hati, membiarkan semua mengalir menjaga agar tidak membeku dan menjadi tangis.
Jiwa membayangkan hujan saat ini karena imajinasi yang telah lama memendung, berharap awan hitamnya luntur setelah hujan, karena Aku mengurung rindu malah terbakar. Sebuah kediaman saat pergi itu bersalam, memamah pagi menjadi duri memamah malam menjadi sakit, disaat apa yang tidak ingin ku bayangkan itu hadir. Saat ini tinggalah Aku dengan waktu membuat jalan yang hilang kembali menjadi ada, membayangkan hujan, disaat ini Aku tersenyum sedikit tersibak rindu dimasa kecil jika membayangkan hujan, saat berlari-lari dan bermain menendang bola ditengah pestanya hujan, sampai derasnya sedikit meredam setiap teriakan riang kami, disaat masuk ke gawang lawan ataupun sekedar menertawakan anak-anak lain yang terjatuh bergelimangan air di lapang yang berkubang. yang ditutup dengan marahan orang tua setelah aku pulang, yang tidak jarang menyisakan demam tinggi setelah bermain dengan hujan. Itulah sebuah kenangan yang menyisakan cerita.
Kata-kata keluar dari mulut secara tiba-tiba disaat ini kata-kata yang memudarkan bayangan kecilku, "Cinta adalah hidupku untuk berbagi" iya, itu kata hati, Aku menyudahinya pada waktu itu juga, sudahlah itu hanya sedikit dari gubahan misteri sempurna tanpa tertebak hanya bisa dirasa dan dijalani yang pasti akan berjalan ditemani waktu. Aku menyudahkan diri berdiagnosa dalam hal ini dengan meminta sekecup rasa kepada Pencipta untuk ku jadikan sebagai payung untuk melanjutkan berjalan memenuhi tujuan agar tidak membasah dikala hujan, setidaknya bisa sedikit aku tawar tanpa membiarkan diri membasah disaat waktu dan sikap kekuatan diri terbatas. 
Jikalah memang benar atas apa yang berhasil aku tebak saat ini, mungkin selamanya Aku tidak akan merasa sendiri, dimesranya kesendirian dijebak waktu yang melalaikan tanpa bisa menyapu setiap duka dalam menguraikan bebisuan. Aku tidak memaksakan untuk menjadi sudah terhadap sesuatu sebelum itu terjadi, pastilah ada cara untuk bisa menjaring awan. Aku yakin tentang alam yang sengaja mewakilkan pikirku di akhir-akhir ini disarat bicaranya atas cuaca mendinginn. Terimakasih melati malam untuk bulan november menjadi lebih berarti. Memilih hidup berteman dengan alam tidaklah salah agar saling menjaga dan terjaga, satu kata seimbang agar hari semakin jauh dengan batas. Tetaplah menjadi melati malam disishku walaupun tidak terlihat bentukmu tetapi aku bisa merasakan dirimu berbagi rasa denganku disini. Aku suka disaat kamu bermain dengan wewangian yang tersebar. Putihmu indah wangimu anugrah dan pengorbananmu adalah kejujuranmu.

»»  READMORE...