Cari Blog Ini

Hidup tanpa antri.

       Dingin masihlah bermain bersatu dengan udara dibulan november ini. Memelaskan tubuh apabila diguyur dengan air yang telah berubah menjadi dingin, disandingkan keluhan kata "wah dinginnya!!!" suatu hal tidaklah begitu penting untuk diutarakan, karena semuanya pasti merasakan dinginnya cuaca gurun daratan Afrika ini, ya itu sedikit gambaran tentang cuaca di Kairo saat ini.
Sementara diluar sana lapangan tahrir tepatnya masihlah dengan rentetan acara pembakaran mobil-mobil sebagai api unggun, pemanas tubuh para demonstran di jalan-jalan. Sementara Aku masih dipusingkan dengan daftar ulang pembayaran kuliah yang masih ricuh, susah yang harus dinikmati dan dijalani di ruang kebudayaan tidak mengenal antri, hanya ingin menang sendiri, ya begitulah berdorongan seperti manusia tidak mengenal Tuan.
Tapi sudahlah.... mau tidak mau ya harus Aku ikuti keinginan mereka dalam bermain, walaupun sudah 3 hari ini belum berhasil untuk menaklukan budaya tanpa antri ini, esok haruslah kembali ke kampus lebih pagi berharap setidaknya bisa memeluk pintu administrasi, bisa dikatakan butuh rutinitas kesabaran luar biasa dari kebiasaan orang jawa ini, yang disuguhkan tata krama dalam bersosial dari sejak kecil. Memang lain suku lain budaya apalagi negara?.
Kekerasan pribadi watak fir'aun masihlah tersisa walau sedikit-sedikit di tanah ini, keras dan meluapkan amarah mereka dikala berselisih, tapi anehnya dikala emosi itu datang memucuk tinggallah kita ucap mantra "sollu 'alannabi" berubahlah wajah-wajah memerah menjadi dingin, tanpa panjang kata meninggalkan medan pertempuran kata seiring shalawat, disanalah yang sulit sekali bagi orang Indonesia seperti Aku, begitu mudahnya menekan suatu amarah dengan shalawat kepada Muhammad SAW. Subhanallah.
Memang benar kenyataan itu melahirkan kesadaran, menepiskan ragu dan indah disaat Aku sambut, dari sini awal Aku berpetualang dimana Aku terbangun menjadi lebih baik. Inginku yaitu bisa berjelajah dari satu budaya ke budaya yang lainnya, menelusuri waktu dengan peta menunjukan keindahan setiap bangsa, sembari mencari dimana sajakah hidup tanpa antri itu terbudayakan juga dimana sajakah budaya antri terbaik di Dunia dalam pandangan mataku sendiri dengan ditemani Ibu Adik-adikku juga Istri dan Anak-anakku nanti, dimana bukti terjadi nyata bukan hanya cerita.
Bi ismi Rabbi sudah Aku Awali, Ya Allah Engkau Maha Pendengar, Aku titipkan semua mimpiku kepadaMu Ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar