Cari Blog Ini

Intania Putri Maharani

Part III
Pagi telah kembali hadir, masihlah berparaskan dingin membuat malas menyentuh air, memanjakan tubuh yang telah terjebak dalam selimut, Dua jam sebelum subuh memberikan salam. Alarm bernyanyi sudahlah tepat dengan janji yang aku atur jam 03.oo CLT. Tanpa pemanas air yang bekerja karena aliran air dimatikan dari jam 01.oo pagi sampai jam 06.oo. Aku bergegas menyucikan diri dari hadast kecil untuk sesegera bercerita dengan Tuhanku dalam pagi. Mengupas hidup dalam dosa dengan cara terbaik menurutku, ini belumlah berjalan lama dalam rutinitas terbaru yang ku temui didalam diri pribadi, sedikit siasat dengan memenuhi jadwal yang telah Aku buat yang tertempel dalam khizanah kayu berwarna putih gading, dengan menorehkan paraf setelah satu demi satu teratur berjalan sebagai bukti tergabung untuk diri sendiri tentunya. Pemaksaan pada diri sendiri dan itu adalah salah satu usahaku agar hidupku menjadi cerah.
Shalat malam terlaksana sudah, menciptakan rindu seorang Ibu menunggu anaknya dari jauh, serta tetesan mata untuk seorang Ayah diatas sana, Ku tutup dengan titipan Al Fatihah untuk ke-duanya. Aku berlanjut membuka notebook untuk sekedar membuka inbox dan menulis status didalam facebook. "Memang benar kenyataan melahirkan kesadaran menepis ragu, saat ini saja sudah disambut pagi, senang rasanya halaman hati selalu di-isi do'a seorang Ibu yang jauh disana, menghangatkan air dalam basuhan wajah saat bersuci, sudahlah.... sisa sisa lamunan pergilah? Aku sudah terbangun disini. Bi Ismi Rabbi mengawali. Selamat pagi Kairo, selamat pagi menjelang siang Indonesia." itulah status yang Ku buat dan ku lanjutkan memberikan kabar ke Adik-adik dirumah sekedar menanyakan kabar dan menyampaikan kabarku beserta do'a.
Aku teringat 5 hari yang lalu lewat pesan singkat ku kirimkan sebuah pertanyaan "salam, maaf... intan seandainya tidak keberatan silahkan untuk dijawab, dengan cara apa disaat keadaanmu di tengah keraguan, muncul diantara hari. syukran". tidak lama kemudian "wa'alaikumsalam, membiasakan diri dengan membaca surat Al Fath dan Al Mulk ya afwan. :)". balasnya singkat. Kebiasaan intan tertulis singkat gambaran pribadi shalehah tanpa tercoret tergambar, menundukkan celah-celah keburukkan untuk memasuk, tertutup serta terjaga dari lembaran ayat yang dia bacakan untuk dirinya.
Pagi ini dengan surat Al Mulk dan Al fath ditambah ma'surat milik imam Hasan Al banna dengan harap keraguan itu segera menghilang terusir pergi jauh jauh, tanpa ada kata sayonara seperti orang jepang katakan  atau juga sang pramukawan disaat mereka bernyanyi bertemankan malam memutari api unggun dengan barisan melingkar. Setelah subuh menyambut adzan nyaring basah terdengar karena rumahku berjejer tepat dengan masjid, Aku keluar bersama teman rumah meramaikan shafnya. Selepas pulang Aku kembali menuju catatan pagi karena menuliskan suasana adalah salah satu hal melatih hati menjadi peka, ya itulah salah satu keyakinan di-ademnya hidup. "Pastilah ada dalam hidup, dimana pusaran yang menenggelamkan, pusaran yang mampu memisahkan jari jemari dengan satuan tangan, pusaran yang memisahkan setiap fikir dengan hati dan pusaran yang memisahkan nyawa didalam raga. Ada salah satu hal tersadar dibawah alam sadar datang layaknya sebuah ilham, dimana hadirnya tidak hanya menyeka saja tetapi datang menyiram memandikan tubuh kembali menemukan kesegaran, dipersembahkan ketidak fakiran fikir menyesatkan setiap gerak, mencari jalan menuju kesempurnaan manusia yang bernafas atas nama Tuhan, Lailaha Illallah". Selesailah sudah tulisan pagi itu dihari jum'at berselimut sedikit asap kepulan toko roti tepat dibawah rumahku  tercium wangi tercampur manis memaksa masuk merangsang indra cium. sambil menunggu sarapan pagi disiapkan sang pejuang piket masak hari jum'at Aku memilih menyelesaikan lebaran buku mata kuliah untuk hari ahad, bersandingkan kamus Al Masry untuk membantuku melewati kosakata hadir terbaca tanpa makna, satu jam lebih telah berlalu hand phone Aku periksa ada satu panggilan tidak terjawab, intania putri muncul tertulis, Aku memberanikan diri untuk terhubung kembali dengannya. lepas cerita singkat ternyata Aku membawa kotak makan dimana tersuguhkan untukku hari kemarin, sesegera mungkin ku periksa didapur sudah bersih tercuci di rak dapur, tentunya dengan satu permintaan tidak ada yang mengetahui selain kami berempat tentang misteri sebuah kotak makan, ya seperti penyelamatan kotak hitam pesawat setelah terjatuh, akhirnya memunculkan ide dengan membelikan buah anggur untuknya kumasukkan kotak makan didalam tas plastik hitam, dan Aku kembalikan kerumahnya tanpa ada hambatan. hanya sedikit menunggu Intania untuk menyelesaikan shalat duha dipagi itu, tepatnya jam 08.oo CLT. 
Demi mata yang melihat tanpa ada penyembunyian kemunafikan terunduh, diri terasalah malu dengan hal itu semua, kecantikan dan kepribadian indah menyatu menjadi satu, pencapaian bidadari diatas sana nanti yang mana bisa membuat iri setiap bidadari asli langit tanpa pernah menyentuh bumi, atas gambar terekam. Sebuah sejarah kehidupan menjadi salah satu penghuni dan penghias langit, Amin. Dalam perjalanan pulang sebelum jarak mendekati rumah tinggalku Aku tersadar mengenalnya adalah baik, menjadi sahabatnya adalah hikmah, menjadi bagian hidupnya adalah anugrah.
bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar