Cari Blog Ini

Tengah-tengah Dingin



Mungkin, aku sudah terlalu lancang kepada kedunian, dari -wala tufsidu fil ardi ba'da ishlakhiha- pun kemana dan dimana aku menaruhkannya? Tuhan sudah menunjukan keberadaan-Nya dengan kalam-Nya, terasa manis tanpa tanding atau banding, suatu syair peradaban manusia-pun tunduk diam. Sudah sangat mesra bahasa Tuhan bukan? tapi sayang aku atau kamu bernalar salah, bukankah bisa begitu?. 
Apa ini masih zamannya, dimana manusia berkecenderungan untuk kekuasaan tanpa batas? Menghardik, merusak dan merampas?



Atau jika Aku berkata benar, manusia yang seperti akulah ini yang sekedar menapaki hidup, ada belokan aku ikut, ada pertigaan aku memilih, ada jalan buntu aku berbalik. Ini kesedihan, mutlak kesedihan. Sadarku ini cerita hidup individu singkat, tetapi kesingkatan ini sudah bisa terangkum dalam kias-kias mudun, yang munggahpun aku bisu? Iya, Aku terdiam dikalimat ini.

Tuhan ini dosa-dosaku yang pasti Engkau terima, dan ini adalah amalan-amalanku yang belum tentu Engkau terima, itupun jika ada. Aku tidak mempertanyakan atas surga dan nerakaMu, Aku sangat pekat dengan kesalahan-kesalahan yang sangat rajin aku tumpuk.
Tuhan, jauhkanlah hamba dari hal merusak dan perusak, menindas dan penindas, mengadu domba dan pengadu domba, membunuh dan pembunuh. Ampunilah Aku atas khianatku terhadap ayat-ayatmu.

Setiap seseorang, memiliki cara yang baik untuk membicarakan kemanusian, karena hakikat manusia yaitu memanusiakan manusia.

Kairo dalam kabut dan aku pekatnya. 
Selamat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar